Rabu, 26 Maret 2008

Waktu....

Beberapa hari ini penat rasanya. Begitu banyak yang harus dilakukan, sementara sedikit waktu yang tersedia. Andaikan Tuhan mengijinkan kita untuk mengulang waktu mungkin pekerjaan-pekerjaan kemarin kita selesaikan kemarin, tidak membiarkan menumpuk hari ini.
Bagaimanapun inilah waktu yang kita punya, walau terkadang waktu belum tentu berpihak pada kita. Hari ini misalnya, pujian waktu berpihak pada kita. hampir dari seluruh penjuru angin terdengar pujian untuk kita. Pada jam yang lain waktu yang sama justru caci maki sesak didepan kita.

Kalaupun sepersekian waktu milik kita, hampir tidak mungkin ekspresi bisa memuaskan semua kemauan orang, pasti ada saja yang merasa tertinggal. Manusia lemah seperti kita mempunyai kelemahan yang sarat dijadikan obyek caci maki orang.

Sulit rasanya mengajak orang bisa memahami kondisi pas kita sedang bemain dengan waktu. Apalagi mengaja untuk memahami, bahwa proses aktifitas adalah hal mendasar dalam setiap penyimpulan keberpihakan. Jika transpormasi pemahaman itu salah maka tentu cacian menjadi bagian sarapan tiap hari.

.....Biarlah, toh besok masih ada waktu...., toh jarum jam masih berdetak dan kemungkinan apapun masih bisa terjadi.....

Kamis, 13 Maret 2008

OASE....

Hati - hati dengan mahkluk ini. ia bisa menjadikan apa saja dan dan anda bisa masuk dalm jebakannya. ia punya mata, hidung, telinga sebagaimana estetika manusia, mungki hanya aroma hati yang membedakan dengan kita.

Kabar terakhir mahkluk ini bermukim disebelah rumah anda. Hati - hati, sebaiknya tutup pintu dan jendela. Jangan biarkan satu ketukanpun mengusik anda untuk membukanya. Alunkan ritme sholawat dalam setiap sudut gerak. Menataplah realistis pada keseimbangan hidup. Alternatif ini sebagai ruas penyelamat jebakannya.

Suatu saat dalam situasi panjang yang menyesakkan, ketika pergulatan material menjadi obsesi hidup, mahkluk ini hadir. Ia bergerak bak robinhood, mengekpresikan jati diri sebagai kaum paling aspiratif. Jati diri yang progresif dalam kemungkinan penyelesaian persoalan ketidakstabilan masyarakat, sengaja diciptakan heroisme yang pada titik tertentu menjelma menjadi monumen pahlawan.

Mahkluk yang jika sepakat kita sebut saja Oase ini, muncul ketika ruang gerak masyarakat terbentur pada pola ekstensi penyelenggara kebijakan publik. Memang mestinya "oase kita" ini menjadi pilihan bagi kebuntuhan kepentingan masyarakat. Apalagi wajah tanah yang kita pijak sedang mengalami proses "reformasi" yang tak kunjung selesai.

Ideal memang jika kemunculannya untuk menjawab kebutuhan objektif masyarakat. Apalagi kemudian mampu menyeimbangkan selera makan antara penyelenggara publik dan publik itu sendiri. sehingga garis batas antar dua objek tersebut tak terlihat. keterciptaan situasi ini, layak memang jika kemudian "oase kita" disebut pahlawan.

Globalisasi dunia yang kian merendahkan selera kita, ternyata telah juga membikin "oase kita" jarang memakai rompi kepahlawanannya. Mahkluk yang mempunyai estetika seperti kita ini sering tampil sebagai mike tyson. Yang penting pukul, robohkan, hancurkan, jangan beri kesempatan muncul pada ronde berikutnya.

Ia sudah jarang berfikir sebagai penyeimbang. Pola karakternya lebih dominan sebagai
dystroyer. Itu kenapa dengan sangat terpaksa, saya harus mengatakan mulai saat ini anda harus hati - hati. Jika anda masih mempertanyakan substansi sirine saya ini, maka silahkan anda membuka jendela dan pintu rumah anda...!

Minggu, 09 Maret 2008

GUS DUR, PKB DAN ACMADY

Andai saja pemilihan Gubenur Jatim masih satu tahun lagi, mungkin anda yang memasang gambar PKB dirumah anda santai – santai saja. Persoalannya pemilihan Gubenur tersisa sekitar 4 bulan lagi dan PKB belum menentukan siapa sebenarnya pasangan Achmady Calon Gubenur dari PKB. Apalagi hampir setiap hari tim – tim pasangan Calon Gubenur dari partai lain datang silih berganti kerumah anda. Mending kalau datangnya sekedar bertamu sambil menikmati secangkir kopi yang anda hidangkan. Kebanyakan mereka toh tidak datang hanya dengan tangan kosong, biasanya sambil membawa kaos bergambar pasangan Calon Gubenur disertai sebungkus rokok, bahkan kadang terselip amplop. Sementara anda melihat partai anda masih adem ayem. Nah ! anda gak lagi santai kan !

Mungkin hanya PKB partai yang paling dinamis (bahasa halusnya konflik). PKB yang pada awal berdirinya, mengaku penyokong utama gerakan Ahlus Sunnah Waljamaah, pada perjalanan berikutnya membuka ruang sebagai partai kebangsaan. Pada titik tertentu ruang ini mendominasi gerakan kepartaian PKB. Langkah ini terasa penting untuk dilakukan mengingat dominasi Golkar dan PDI.P sebagai partai terbuka. Tentu, strategi awal gerakan Ahlus Sunnah Waljamaah tidak ditinggalkan.

Sebenarnya plat form kebangsaan ini adalah implementasi dari pemikiran Gus Dur, sebagai tokoh pejuang demokrasi. Kalau misalnya tidak keliru, ini adalah awal eksprimen politik Gus Dur dalam PKB. Pada satu sisi Slogan Kebangsaan, memungkinkan masuknya orang – orang diluar NU bahkan Non Islam menjadi Orang Teras PKB. Menguntungkan memang, karena sisi ini dimungkinkan perolehan PKB akan bertambah. Tetapi pada sisi yang lain muncul sentimen politik, egoisme ke NUan dari orang – orang NU yang merasa memiliki saham terbesar di PKB. Dari sinilah perjalanan Konflik itu dimulai dan sentuhannya masih terasa sampai sekarang.

Bagaimana dengan Pemilihan Gubenur Jawa Timur ?

Entah seperti apa perasaan Achmady sekarang, jika ditensi mungkin tekanan darahnya mulai naik. Pagi, ditemani kopi tatkala mambaca Koran, pasangan calon gubenur lain sudah blusukan. Kapan aku….? Apakah sampai injury time melenggang kangkung sendiri. Sulit untuk menebak memang, tapi paling tidak kita punya keluasaan untuk menerka-nerka.

Anda mungkin tidak akan pernah mengenal Acmady, sebelum Gus Dur menyebut namanya sebagai calon Gubenur dari PKB. Achmady, adalah seorang birokrat tulen, ia memulai karier birokratnya dari bawah sampai kemudian menjadi bupati 2 periode di Mojokerto. Walau begitu popularitasnya masih jauh dibawa Soenarjo (calon gorkar), Soekarwo (calon Demokrat + PAN), Sucipto (calon PDI.P) apalagi di banding Ali Maschan Musa dan Saifullah Yusuf, bahkan lebih popular Ridwan Hisyam.

Dari berbagai analisis politik yang dilakukan oleh pakar politik, bahkan hasil dari beberapa poling, Achmady sulit mengejar popularitas calon lainnya. Ironisnya kalangan PKB, walau malu-malu mengakui hal itu. Pengakuan itu dibuktikan dengan pemberian dukungan kepada syuriah PW NU yang mencoba merayu Gus Dur agar mereposisi Achmady dengan Gus Ali Maschan, yang jika Gus Dur setuju paketnya menjadi Ali Maschan Musa Calon Gubenur, Achmady calon Wakil Gubenur.

Rayuan kalangan Kyai PW NU Jatim dan DPW PKB yang disokong oleh DPC se Jatim, bukan tanpa sebab. Dipermukaan rayuan reposisi itu dibungkus dengan “mengembalikan hubungan NU PKB” yang nanti akan bermuara pada kepentingan pemilu 2009. Sebenarnya tidak bisa dipungkiri bahwa wacana reposisi itu mencuat ketika kalangan PKB melihat sulitnya “menjual” Achmady. Sementara sebaga jawara pemilu dijatim PKB tidak ingin mengulang kekalahan Pemilihan Gubenur 5 Tahun silam.

Kenapa tetap Achmady ?

Bagi kalangan pengurus PKB Jatim, diantara keraguannya atas popularitas Achmady, alasan yang paling bisa diterima adalah karena sang pemilik saham tertinggi yaitu KH. Abdurrahman Wahid Dewa Syuro DPP PKB menfatwakan yang tertuang dalam SK DPP PKB. Tidak ada tawar menawar, tidak ada pilihan lain, pahit memang dan diantara kepahitan itu NU bisa berpaling. Keputusan itu harus dilaksanakan jika tidak, maka pilihannya adalah pembekuan. Hampir semua pengurus puncak PKB di Jatim memahami itu, artinya bahwa pengamanan keputusan dilakukan diantara bayang-bayang ketakutan dibekukan karena dianggap tidak patuh atas putusan partai

Pertanyaan yang paling menggelitik bagi anda yang cinta PKB adalah kenapa Gus Dur memilih Achmady ? terlepas alasan retorika dan formalitas, ada kemungkinan alasan lain yang menarik untuk dikaji.

Seperti kita tahu bersama Gus Dur adalah Pendekar Politik. Kepiawaiannya memainkan issu politik dan strategi politik tidak diragukan lagi. Terkadang strategi politik yang dimainkan Gus Dur akan terasa ketika prosesnya sudah berlalu. Nah, sebagai politisi yang hapal betul soal strategi, bisa saja ada sebuah eksperimen strategi politik yang sedang beliau mainkan di jatim.

Jatim sebagai pendulang suara terbesar bagi PKB mulai terancam, ini terjadi akibat konflik internal partai yang kemudian melahirkan partai baru PKNU. Kyai – kyai besar di jatim yang dulu penopang terbesar gerakan politik Gus Dur, sebagian hijrah meninggalkan beliau. Padahal tidak bisa dipungkiri kyai – kyai tersebutlah yang menciptakan ekstensi PKB di jatim. Diakui atau tidak bagi PKB ini ancaman dan dengan jeli Gus Dur melihat itu. Maka dilakukanlah berbagai hal untuk menjaga suara PKB, termasuk mengembalikan kepercayaan masyarakat. Paling tidak ada 2 strategi baru yang sudah dilakukan dan paling terasa di jatim, yaitu pembersihan atas pengurus yang tidak loyal / cacat masyarakat dan pembentukan Majelis Ulama Rakyat (masura).

Tentu, Gus Dur tidak bisa membiarkan berbagai hal itu berjalan tanpa tolak ukur yang jelas. Dalam rumus politik hitungan atas berpengaruhnya program partai, mutlak untuk dilakukan. Apalagi kondisi jatim yang akhir – akhir ini tidak menguntungkan bagi PKB. Maka gambaran kejelasan seberapa besar kondisi PKB di jatim begitu penting untuk selalu ditelaah. Gus Dur menangkap itu sebagai sebuah hitungan politik sebelum lebih jauh PKB berbenah untuk 2009.

Bisa jadi atas berbagai pertimbangan dan kalkulasi kondisi riil politik PKB di Jatim, Gus Dur sengaja merestui Achmady sebagai Calon Gubenur PKB. Seorang seperti Gus Dur mustahil jika tidak memahami soal popularitas Achmady. Sebaliknya justru ketidak bekenan Achmady menjadi teleskop paling tepat untuk secara riil melihat kondisi sebenarnya PKB Jatim.

DPW dan DPC PKB harus bekerja keras, menyiapkan berbagai strategi maut, bahkan memakai jurus pamungkas jika menginginkan Gubenur berada dalam tangan PKB. Ditengah calon yang kurang popular, konflik PKB yang tiada henti, konsentrasi pilihan NU yang pecah, PKB memerlukan mukjijat untuk lolos sebagai pemenang. Ini adalah persoalan yang paling serius bagi PKB. Gus Dur dengan elegant memainkan kartu penting bagi persoalan serius PKB saat ini. Jika Acmady menang yang artinya PKB lolos sebagai juara, maka berarti segala strategi DPP PKB atas Jawa Timur berjalan bagus. Tapi jika kalah, maka Gus Dur / DPP PKB mempunyai fakta angka yang mendekati kejelasan kondisi PKB Jatim.

Artinya adalah Achmady bagian strategi Gus Dur untuk menggerakkan secara maksimal mesin PKB di Jatim yang sarat sandungan. Achmady adalah solusi politik yang munjur untuk mengetahui pergerakan mesin partai. Inilah hebatnya Gus Dur. Ketika semua orang berkata jabatan gubenur di Jatim penting bagi PKB, Gus Dur justru menilai Jabatan Gubenur bukan jaminan meningkatnya suara PKB, tapi proses per proses menuju pemilihan adalah tolak ukur keberadaan partai.

Andaikan Ali Maschan Musa yang menjadi calon Gubenur, bisa saja PKB lolos menjadi juara. Tetapi angka dalam pemilihan gubenur itu tidak utuh milik PKB, karena sebagian angka itu milik Nahdiyin yang ketika pemilu bisa saja memilih partai lain.

Nah, seperti apa DPW dan DPC mampu menterjemahkan strategi yang dimainkan Gus Dur, digantungkan apakah kepentingan mereka adalah kemenangan PKB pada pemilu 2009 atau kepentingan pragmatis Pemilihan Gubenur. Mari kita saksikan bersama…..!

Selasa, 04 Maret 2008

BERITA RADAR JEMBER

Senin, 03 Mar 2008
Para Wakil Rakyat yang Mempromosikan Diri Lewat Internet

Djufriyadi Rajin Menulis, Rendra Rajin Memuat Kliping BeritaInternet telah mendarah daging di kalangan intelektual. Tak terkecuali bagi wakil rakyat di DPRD Jember. Dua politisi muda Jember, rajin menuangkan gagasannya di internet melalui situs blog pribadi.

HARI SETIAWAN, Jember---

JIKA Anda hobi berselancar di internet atau menulis di blog, sesekali bukalah dua situs blog ini. Pertama, joefecik-jember-xzat.blogspot.com, dan kedua, rendrawirawan.blogspot.com. Mengapa Anda sesekali perlu mengunjungi kedua blog tersebut? Karena, dua blog tersebut milik wakil Anda di DPRD Jember. Yakni, M. Djufriyadi dan Rendra Wirawan, keduanya anggota komisi B DPRD Jember.

Blog Djufriyadi diberi judul Warna-Warna, Refleksi Sebuah Perjalanan. Meski sebagai anggota dewan, blog miliknya tidak ada logo PKB sama sekali, partai yang memberangkatkannya ke Bengawan Solo 86 (kantor DPRD, Red).

Dengan warna latar kombinasi hijau muda dan putih, blog yang dibikin sejak Desember 2007 itu cukup mencolok mata. Sepintas, tak ada kesan bahwa si empunya blog adalah politisi muda yang cukup beken di gedung parlemen.Namun, jika memperhatikan parade foto di lajur kanan, orang akan sedikit tahu bahwa pemilik blog itu seorang anggota dewan.

Di parade foto itu ada berbagai dokumentasi kegiatan komisi B, seperti saat di Pertamina, kunjungan ke Magetan, saat Tajemtra 2007, dan sebagainya.Blog tersebut lebih berkesan sebagai sebuah e-diary. Setelah memampang daftar link blog dan berbagai situs referensi, ada dua foto anaknya.

Di arsip yang ada, banyak ditemukan berbagai tulisan pribadi Djufriyadi mengenai banyak hal. Mulai masalah politik, pribadi, hingga berbagai hal yang terkait tugas sebagai anggota dewan.Ditanya soal hobinya menulis di blog, Djufriyadi hanya tertawa. "Ah, itu iseng-iseng saja. Tak ada maksud politis apa pun," katanya.

Politisi asal Kalisat itu baru bergaul dengan internet dua tahun lalu. "Sejak saya punya laptop," akunya. Laptop yang dimaksud adalah jatah fasilitas sebagai anggota dewan. Sebanyak 45 anggota dewan memang dibekali dengan laptop.Tentang asal-usul ketertarikannya dengan situs blog, Djufriyadi menyatakan, baru dimulai November 2007. Dia bermaksud mempublikasikan RAPBD 2008 yang saat itu mulai dibahas dewan. Karena, selama ini ada keluhan masyarakat, data APBD sulit diakses.Namun, koreksi gubernur terhadap APBD 2008 setelah disahkan 1 Desember 2007 lalu, baru turun beberapa pekan lalu. Sehingga, sampai sekarang data APBD 2008 belum terpampang di blog-nya.

Akhirnya blog tersebut banyak berisi pemikiran-pemikiran pribadi Djufriyadi tentang berbagai hal."Saya ingin menjadi Djufriyadi," jawabnya saat ditanya mengapa tak ada logo PKB di blog-nya, sebagai bentuk identifikasi bahwa dirinya adalah anggota dewan. Dengan tanpa memasang logo PKB, dia mengaku lebih bebas untuk menuangkan berbagai gagasannya tanpa dibingkai berbagai norma partai dan birokrasi.

Kehidupan, menurut dia, penuh warna. Begitu pula kehidupan dirinya sebagai pribadi dan sebagai anggota dewan. Dengan menulis di blog, banyak sisi kehidupan yang telah dilaluinya yang bisa didokumentasikan. "Sebab itu mengapa yang membuat judul blog saya Warna-Warna," paparnya.Karena itu, jangan heran jika Djufriyadi sangat betah duduk berjam-jam di warung internet (warnet). Selain memburu berbagai informasi, di warnet pula Djufriyadi biasa meng-up load berbagai konten blog-nya.

Berbeda dengan milik Djufriyadi, blog milik Rendra amat kental nuansa politis. Saat membuka beranda blog-nya, orang disuguhi logo PAN yang cukup besar dan fotonya yang tengah mengambil sikap hormat laiknya orang yang tengah upacara.

Nama blognya pun simpel, Rendra Wirawan, Berikan Aku Sepuluh Pemuda Progresif Revolusioner, Maka Akan Aku Ubah Dunia.Warna biru muda cukup menominasi sebagai warna kebesaran PAN. Konten blog milik legislator termuda itu lebih sederhana karena hanya berisi kliping-kliping berita tentang keparlemenan, khususnya yang memuat pernyataan dirinya. Bahkan, ada fitur survei online tentang kinerja legislator PAN di blog Rendra.

Sayang, Rendra tampaknya lama tidak meng-up date blog-nya. Arsip terbaru menunjukkan data 5 November 2007. Meski demikian, Rendra lebih dulu mempromosikan dirinya melalui internet, yakni sejak Januari 2007. "Saya belajar dari istri," akunya soal kemampuan dirinya membuat blog.

Dengan memiliki blog, Rendra mengaku bisa menuangkan berbagai gagasannya tentang berbagai hal, khususnya tugasnya di komisi B. "Blog itu juga sebagai media informasi saya sebagai wakil rakyat sekaligus sebagai publikasi berbagai kegiatan saya di dewan," katanya.Karena itu,

Rendra mengaku siap menerima masukan dari siapa pun yang masuk melalui blog-nya. Lebih dari itu, blog itu juga sebagai tempat pengumuman bahwa Rendra kini tak bujang lagi. "Makanya saya pasang foto saya dan istri di blog," sambungnya seraya ngakak. (*)

RASA MALU PADA NELAYAN PUGER...

Terkadang Antisipasi dari peristiwa yang mungkin saja terjadi, menuntut kita harus lebih mampu membaca situasi. Apakah situasi itu berkenaan dengan prilaku sosial masyarakat, maupun situasi alam. Kepekaan itu, memang menuntut siapapun untuk lebih jeli melihat keluar, dari jendela normal yang telah terbiasa menjadi rutinitas sikap, keputusan bahkan aturan.

Situasi sosial dan gejala perubahan alam, jauh lebih pesat meninggalkan teoritik kesiapan rencana yang telah terlanjur kita buat. Hal ini terjadi ketika konsentrasi pikiran kita terjebak pada aturan program. Padahal seringkali berbagai aturan program belum mampu menjawab akan persoalan riil diluar jendela kita.

Peristiwa yang saat ini dialami nelayan puger, adalah contoh kasus ketidak mampuan berbagai program untuk menjawab fakta sebenarnya dimasyarakat. Sudah 3 bulan nelayan puger tidak bisa melaut, selama itu pula tidak ada serupiahpun yang masuk kantong. Artinya selama 3 bulan nelayan puger menghabiskan seluruh sisa tabungan. Ironisnya lagi pegadaian yang biasa menjadi alternatif sementara pada masa paceklik, tidak lagi mampu melayani kebutuhan gadai mereka.

3 bulan mahkluk begis bernama kelaparan, mulai mengintip gubuk mereka. Fantastisnya selama itu pula dinas perikanan dan kelautan kita “pura-pura” tidak tahu. Dan ketika ketidaktahuan itu kemudian menjebak sang pemilik dinas, pinternya program APBD, dijadikan tameng untuk berkelit dari tanggung jawab.

Pertanyaan kemanusiaan kita adalah, jika misalnya tidak ada satupun isi APBD yang mengantisipasi puger, apakah kemudian kita tega membiarkan diri kita terjebak dalam belenggu APBD ! Bukankah pembuat APBD itu adalah orang – orang pinter. Orang – orang pilihan yang dianggap mampu menjawab persoalan sekian juta masyarakat jember !. jika misalnya APBD yang dibuat oleh orang – orang pinter itu, tidak lagi menjamin lenyapnya mahkluk kelaparan, lalu di mana roh sebenarnya dari APBD kita itu !. Padahal angka – angka yang muncul dalam APBD adalah angka – angka yang berasal dari keringat masyarakat.

Ok !. Mari kita berasumsi baik, katakan misalnya jawaban kepala dinas itu benar, tidak ada angka dalam APBD untuk mengatasi persoalan nelayan puger. Walau sebenarnya persoalan itu terjadi hampir tiap tahun. 2006 ketika ombak naik (gejala alam ?), nelayan puger juga tidak melaut. Waktu itu pedagaian masih menoleh mereka. 2007 peristiwa itu terulang lagi dan pegadaian kembali menjadi juru selama dengan tentu imbalan yang layak. Jika dengan sungguh – sungguh kita meluangkan hati untuk menengok keluar, maka jelas terlihat bahwa sebenarnya peristiwa tidak melautnya nelayan puger karena ombak, terjadi hampir tiap tahun. Artinya mestinya pada APBD 2008, dinas perikanan dan kelautan memasukkan angka untuk mengantisipasi peristiwa tersebut. Toh, jika angka itu tidak terpakai akan kembali pada kasda.
Kok tega ya, kita biarkan orang menganggap kita pinter, karena APBD bagian dari keberadaani kita. Padahal APBD ternyata gak semuanya menjawab persoalan masyarakat. Kok bisa ya kita biarkan diri kita dianggap mewakili persoalan masyarakat se jember. Padahal peristiwa sekecil puger, lepas dari kepedulian kita.

Masih untung Bupati Jember mendengar nelayan puger dan memerintahkan stafnya untuk menyelesaikan itu. Semoga terwujud, dan rasa malu dianggap menjadi wakil terobati.
(refleksi hati)