Senin, 17 Desember 2007

PETANI TEBU TAK SEMANIS GULA


Jakarta, Saat matahari mulai beraksi 5 Desember 2007
Ribuan petani tebu dari jawa timur, jawa tengah, jawa barat, lampung memadati Gedung DPR RI. Mereka menuntut agar rencana pemerintah untuk mengeksport gula mentah di batalkan. Keinginan Pemerintah untuk mengeksport gula mentah (Rafinasi), dianggap mengancam kelangsungan hidup mereka, karena itu berarti bisa mengurangi pendapatan mereka.
Di dalam gedung DPR RI (komisi VI) nasib petani di tentukan. Lembaga terhormat tersebut dihadapkan pada 2 pilihan, menyelamatkan petani tebu atau memuaskan kaum berdasi.

TUMPUKAN KE TUMPUKAN

Bagaimana mungkin, gerombolan orang tiba-tiba berubah menjadi sebuah anarkisme yang begitu sarat dengan kebencian. Padahal gelombang arah yang terjadi sebelumnya adalah manifes dari harapan yang mencoba melompat pada kebuntuan argumentasi. Adalah wajar kalau misalnya pergerakan itu menjelma jadi serakan kaca pecah, tebaran batu melayang,sumpah serapah. dari sudut manapun ini bagian dari tuntutan yang ternoda dan harapan sebuah perubahan menjadi bara arang yang tak lagi bisa dipadamkan.

Jika misalnya masih ada waktu untuk melihat hati, maka sebenarnya persoalan kekerasan yang muncul dimanapun dengan alasan apapun adalah sebenarnya keegoan yang tampil dan memenangkan pertarungan. Katakan misalnya, keinginan yang dibungkus menjadi tuntutan atas perubahan (sosial,ekonomi,budaya,politik)bisa saja berubah menjadi teriakan kehancuran tat kala arah komunikasi menjadi buntu.

Sulit menyeragamkan komunikasi 2 arah yang berhaluan beda. Karena masing masing arah memiliki landasan komunikasi serta alasan tersendiri. Ironisnya komunikasi itu seringkali terjebak pada kesaklekan landasan, bukan menerobos pada persoalan yang substansi. Demontrasi yang mewakili kepentingan tertentu ketika misalnya berhadapan dengan lembaga formal pemerintahan, sering kita saksikan berakhir dengan ketidak singkronan kedua belah pihak. Kenapa..! karena cara komunikasi pemerintah, pendekatannya adalah pendekatan aturan formal (UU,PP,PERDA), sementara komunitas demostran menggunakan pendekatan egoisme.

Barangkali komunikasi dalam proses negosiasi kebijakan perlu untuk dijadikan pijakan oleh semua lembaga publik. Lemahnya komunikasi, seringkali menjadi penyebab munculnya kekerasan pada hampir banyak negosiasi.
By : Juf Lomp Zat