Senin, 25 Februari 2008

CALON GUBENUR, NU DAN KYAI

Jika tidak ada perubahan Juli 2008, masyarakat jawa timur akan menghadapi pemilihan gubenur yang pertama kali di Jatim. Hari ini nuansa perebutan kekuasaan itu terasa sekali dan kembali jorgan "membela rakyat kecil" laris terdengar ditelinga kita.

Beberapa waktu yang lalu Pasangan Soekarwo (sekda jatim) dan Saifullah Yusuf (ketua GP. Ansor) di deklarasikan oleh koalisi Partai Demokrat dan PAN. Sedemikian pinter Demokrat mencuri kesempatan, ketika DPP PDIP ternyata merekomendasi Sucipto, maka Demokrat yang awalnya bukan "gadis cantik" bagi calon gubenur, menjelma menjadi primadona dan mau tidak mau Pak De Karwo harus memilihnya. PAN melihat itu sebagai tiket sempurna untuk merebut kekuasaan di jatim. Maka ditinggalkan PPP, kemudian menggandeng Demokrat dengan menyugukan Gus Ipul di posisi Wagub.

Bagaimana kans mereka ? Pak De berkumis ini harus memeras otak untuk mengembalikan "investasi" yang ia tanam pada Muskercabsus-Muskercabsus PDI.P. Jika minimal separo dari Investasi itu berbalik padanya, bukan tidak mungkin Soekarwo akan meninggalkan Sucipto. Apalagi misalnya sang Raja Mataram (Gus Ipul) selain optimal menggerakkan mesin Ansor, juga bisa mencuri pemilih PKB dan Nahdiyin.

Secara Teoritis Pasangan ini memang cukup mengakar. Pengalaman Soekarwo dalam Birokrasi dengan Jorgan APBD untuk rakyat, sisi lain kelihaian lobi Saifullah Yusuf serta kedekatannya dengan Kyai-Kyai berpengaruh dijawa timur. Jika misalnya semua itu diramu dengan manajement kampanye yang baik, tidak menutup kemungkinan pasangan ini yang akan memimpin Jawa Timur.

Persoalannya adalah terletak siapa yang kemudian menjadi pasangan Soenaryo (Wagub Jatim/Ketua Golkar Jatim). Misalnya kita berandai Ali Maschan Musa memilih menjadi CaWagub Soenaryo, setelah PKB menutup rapat kemungkian men CaGub kan beliau.
Soenaryo yang sudah cukup lama berInvestasi dalam persiapan pencalonannya tentu memiliki fanatisme massa, disamping mesin golkar yang bergerak dengan solid (tak terdengar ancaman Ridwan Hisyam). Sementara Cak Ali pada akar rumput NU lebih bisa diterima ketimbang Gus Ipul.

Bagaimana dengan PKB, yang 24 Feb 2008 kemarin memenuhi janjinya untuk mendeklarasikan Achmady (Bupati Mojokerto) sebagai calon Gubenur dari PKB ? Kita jadi ingat Pemilihan Gubenur 5 tahun lalu (masih DPRD), ketika arus dukungan, keinginan Kyai-Kyai lebih pada Imam Utomo, PKB (FKB) justru cendrung pada Jendral (purn) Khafi, alasannya seperti biasa keinginan Gus Dur. Kita tentu mencoba untuk tidak mengecilkan arti dan peran seseorang, walau sulit tertutupi bahwa Acmady adalah calon Gubenur yang paling tidak populer. Artinya bahwa perjuangan untuk memenangkan Achmady digantungkan pada 2 hal ; popularitas calon wakil gubenurnya dan tentu efektifitas PKB dalam menjalankan mesin partainya. Harus diingat di Jawa Timur Pengurus PKB disemua tingkatan lebih didominasi Anshor dan NU, 2 lembaga ini secara emosional lebih dekat dengan Gus ipul dan Cak Ali Maschan ketimbang Achmady.

Bagaimana dengan kecendrungan pemilih ?. Di Jawa khususnya Jawa Timur menurut Cliffort Geertz segmen masyarakat terbagi 3, Santri, Priyayi dan Abangan. Santri adalah komunitas yang menjadi murid agama di pesantren. pada umumnya santri berasal dari kampung-kampung di desa, ketika ia kembali kekampung masih tetap berpredikat santri. mereka mempunyai ikatan emosional yang tinggi dengan para Kyai nya. Pola dan tingkah lakunya lebih banyak mengadopsi Pola dan karakter Kyai nya. Priyayi adalah golongn elit di Pesantren, biasanya pemilik pesantren. pada perkembangan berikutnya tokoh masyarakat masuk dalam sebutan priyayi. Abangan adalah komunitas yang biasanya bertempat tinggal dikota-kota.
3 segmen masyarakat inilah yang sekarang menjadi perebutan bagi calon-calon gubenur. Dan NU yang memiliki persentase utuh pada segmen santri dan Kyai berada pada posisi tertinggi untuk direbutkan.

Teori kemenangan pada Pilkada biasanya terbagi antara lain; apabila calon berangkat dari partai besar maka mesin partai harus menyumbang 70 % suara, 30 % dari calon. bila calon berangkat dari partai kecil maka kebalikan dari hal diatas. Dari sini bisa kita simpulkan :
- Soekarwo + Saifullah Yusuf berkewajiban atas 70% suara, Demokrat dan PAN 30 % suara
- Soenarjo + Ali Maschan Musa (?) berkewajiban atas 30 % Suara. Golkar 70 % Suara.
- Achmady + (?) berkewajiban atas 30 % suara, PKB 70 % Suara
- Soecipto + Ridwan Hisyam (?) berkewajiban atas 30 % suara, PDI.P dan PPP (?) 70 % suara

Kalau Pasangan Calon Gubenur seperti diatas, sudah pasti persentase persentase suara yang akan direbut adalah kantong - kantong nahdiyin (santri, kyai, priyayi). Faktanya Mindset keluarga nahdiyin adalah ideological minded (berpikir ideologi). Para nahdiyin tidak lagi sempat berfikir apakah calon yang akan didukung tepat/baik. Mereka lebih pasra mutlak kepada segmen priyayi. Siapapun Calonnya yang penting sang Kyai mendukung mereka akan mendukung. itulah ideologi mereka, ideologi kyai.

Amma Ba'du, hampir dipastikan para kyai menjadi perebutan para calon. Hampir juga dipastikan semua calon merasa paling dekat dengan para kyai. Nah..! bila kemudian seperti itu, tidak salah jika ada ungkapan, bahwa event politik apapun Adalah juga event pergulatan para Kyai, semoga salah !

Tidak ada komentar: